Center for Election and Political Party (CEPP) selalu mengedepankan riset-riset berbasis multidisiplin. Salah satu yang terbaru adalah riset tentang analisis sosio-gender dalam rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Berbasis Komunitas di Pulau Tomia, Kepulauan Wakatobi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Riset ini kami lakukan pada 31 Juli- 5 Agustus 2015.
Unit analisis kami adalah lima desa di Pulau Tomia: Desa Lamanggau, Desa Kahianga, Desa Wawotimu, Desa Kulati dan Desa Dete. Analisis sosio-gender kami lakukan secara kuantitatif dan kualitatif, menggunakan instrumen survey, FGD dan In-depth Interview.
Kabupaten Wakatobi adalah salah satu kabupaten yang menjadi sasaran dari Program Kemakmuran Hijau oleh Millenium Challenge Account Indonesia. Sesuai dengan nota konsep yang diajukan, Konsorsium akan melakukan pembangunan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Berbasis Komunitas masing-masing pada lima desa. Penerima manfaat di di Kabupaten Wakatobi adalah Desa Kahianga, Desa Wawotimu, Desa Kulati, dan Desa Dete. Keempat desa tersebut berada di Kecamatan Tomia Timur, sedangkan desa kelima adalah Desa Lamanggau yang berada di Kecamatan Tomia. Socio-Gender Assesment yang kami lakukan mengacu kepada MCA Indonesia’s Environment Management System (ESMS) and Social and Gender Integration Plan (SGIP), diantaranya:
Gender Gaps in Education and Health: Meningkatkan pendidikan dan tingkat kesehatan perempuan dengan cara melakukan pelatihan tenaga kerja dan memasang pompa air bertenaga surya yang dapat menyuplai air bersih. Hal ini dapat diukur dengan jumlah tenaga kerja perempuan yang terserap, tingkat penyakit yang disebabkan oleh ketiadaan air bersih, jumlah anak perempuan yang sekolah, jumlah perempuan yang melahirkan, dan jumlah kematian ibu dan anak.
- Women’s Participation and Leadership: Dengan meningkatnya jumlah perempuan yang mendapatkan keterampilan dan bekerja, perempuan memiliki penghasilan sendiri sehingga menambah rasa percaya diri perempuan. Rasa percaya diri yang meningkat merupakan modal sosial yang diperlukan perempuan untuk menjadi pemimpin. Hal ini dapat diukur dengan jumlah perempuan yang menjadi pemimpin di dalam kelompok, organisasi, usaha, dan lain-lain, jumlah perempuan yang mengikuti pelatihan kerja dan kewirausahaan, dan jumlah kelompok organisasi perempuan.
- Women in the Economy: Perempuan mendapatkan akses pekerjaan yang diciptakan oleh proyek ini, terutama di sektor pengolahan dan pengemasan. Sebagai contoh, di sektor pertanian perempuan mendapatkan akses untuk menjadi pengumpul hasil tani, pemilah, pengupas, pengolah, dan pengemas. Di sektor perikanan perempuan mendapatkan akses untuk menjadi pengumpul hasil laut, pemilah, pengolah, dan pengemas. Di sektor pariwisata perempuan mendapatkan akses untuk membuka warung, restoran, toko souvenir, dan lain-lain. Hal ini dapat diukur dari jumlah perempuan yang bekerja, jumlah pendapatan yang diterima perempuan, dan jumlah usaha yang dikelola perempuan.
- Cross-Cutting Gender Concerns: Gender Targeted Activities: Perempuan mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk mengakses pekerjaan karena lapangan pekerjaan yang diciptakan bersifat fleksibel, dapat dikerjakan tanpa terikat waktu dan tempat. Hal ini dapat diukur dari jumlah perempuan yang bekerja dan jumlah perempuan yang keluar pulau untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW), dan berapa banyak jumlah perempuan yang bisa mendapatkan pekerjaan setelah ada proyek kemakmuran hijau.
- Green Prosperity: Perempuan memiliki akses untuk meningkatkan kesejahteraan tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal ini dikarenakan mereka bekerja dengan menggunakan energi listrik yang bersumber dari mesin pembangkit listrik tenaga surya. Dengan penggunaan energi surya, maka program ini menghilangkan potensi emisi gas karbon yang mengurangi dampak perubahan iklim dibandingkan dengan memakai pembangkit listrik konvensional (diesel, batu bara, BBM, dll
Desa Kahianga
Desa ini berada di Kecamatan Tomia Timur. Jika ditempuh dari Usuku, perjalanan ke desa ini akan memakan waktu sekitar 20 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Topografi desa yang cenderung berbukit menjadi tantangan tersendiri dalam penelitian ini, terutama bagi Tim Teknis yang melakukan pengukuran pada tingkat kelandaian desa. Desa Kahianga terdiri dari tiga dusun: Nata, Bente, dan Parigi. Dusun Nata merupakan dusun terpadat di Desa Kahianga, dan kebanyakan fasilitas umum seperti sekolah, rumah ibadah, dan balai desa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar